Free First Aid Cursors at www.totallyfreecursors.com

Sabtu, 12 Mei 2012

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RDS

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Ards adalah keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. (aryanto suwondo, 2006). Ards mengakibatkan terjadinya gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.
Ards ( juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat, sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang mengalami ards. Faktor resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, kid, tranfusi darah, aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolik toksik, pankreatitis, eklamsia, dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik (doenges 1999 hal 217).
Ards berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Ards terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. Ards menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penuruna karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( brunner & suddart 616).
Oleh karena itu, penanganan ards sangat memerlukan tindakan khusus dari perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan klien. Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami ards dalam kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien.

B.     Rumusan masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan ards?
2.      Apa penyebab dari ards?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dari ards?
4.      Bagaimana patofisiologi dari ards?
5.      Apa pemeriksaan penunjang untuk ards?
6.      Bagaimana komplikasi ards?
7.      Bagaimana penatalaksanaan ards?
8.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ards?

C.     Tujuan
Tujuan umum
Menjelaskan tentang ards dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus ards.
Tujuan khusus
1.      Menjelaskan tentang ards.
2.      Menjelaskan tentang penyebab dari ards.
3.      Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari ards.
4.      Menjelaskan tentang patofisiologi dari ards.
5.      Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk ards.
6.      Menjelaskan tentang komplikasi ards.
7.      Menjelaskan tentang penatalaksanaan ards.
8.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ards.

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS


A.     Definisi
Dikenal juga sebagai respiratory distress sydrom yang idiopatik, hyaline membrane disease merupakan keaadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 yang mempunyai berat dibawah 1500 gram. Kira-kira 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami rds.
Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi respirasi normal. Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada masing-masing bayi. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfactan memadai. Surfactan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli, mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja respirasi dengan menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan, tegangan permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya komplians paru, yang mana akan mempengaruhi ventilasi alveolar  sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan acidosis respiratory. Reduksi pada ventilasi akan menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi paru menjadi buruk, menyebabkan keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan dan acidosis metabolik terjadi berhubungan dengan atelektasis dan kegagalan pernafasan yang progresif.
Rds merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.

B.     Etiology dan faktor presipitasi
1.      Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactan
2.      Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
3.      Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.
C.     Faktor resiko
  1. Trauma langsung pada paru
·        Pneumoni virus,bakteri,fungal
·        Contusio paru
·        Aspirasi cairan lambung
·        Inhalasi asap berlebih
·        Inhalasi toksin
·        Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
  1. Trauma tidak langsung
·        Sepsis
·        Shock
·        DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)
·        Pankreatitis
·        Uremia
·        Overdosis Obat
·        Idiophatic (tidak diketahui)
·           Bedah Cardiobaypass yang lama
·        Transfusi darah yang banyak
·        PIH (Pregnand Induced Hipertension)
·        Peningkatan TIK
·        Terapi radiasi

D.    Manifestasi klinik
1.      Peningkatan jumlah pernapasan
2.      Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3.      Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
                                                                              
E.      Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan.
Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II.
Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35.
Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi dan kehamilan kembar.
Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi.
Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. i
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
Oksigenasi jaringan menurun  metabolisme anaerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic  asidosis metabolic.
Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris  transudasi kedalam alveoli  terbentuk fibrin  fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah ke paru, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Manifestasi Klinis
Takipnea (>60 x/menit)
Retraksi dada
Sianosis pada udara kamar
X-ray thorak spesifik
yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan.


F.      Penata Laksanaan Medis
Tujuan Terapi :
·        Support pernapasan
·        Mengobati penyebab jika mungkin
·        Mencegah komplikasi.

Terapi :
·        Intubasi untuk pemasangan ETT
·        Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
·        Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator
·        Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
v  Inotropik agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.
v  Antibiotik untuk mengatasi infeksi
v  Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.     Pengkajian

Riwayat maternal
  • Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
  • Kondisi seperti perdarahan placenta
  • Tipe dan lamanya persalinan
  • Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir
  • Prematur, umur kehamilan
  • Apgar score, apakah terjadi aspiksia
  • Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
Cardiovaskular
  • Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
  • Murmur sistolik
  • Denyut jantung dalam batas normal
Integumen
  • Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal
  • Pitting edema pada tangan dan kaki
  • Mottling
Neurologis
  • Immobilitas, kelemahan, flaciditas
  • Penurunan suhu tubuh
Pulmonary
  • Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
  • Nafas grunting
  • Nasal flaring
  • Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
  • Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral)  berhubungan dengan persentase desaturasi hemoglobin
  • Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
       Status behavioral 
  • Lethargy

       Study diagnostik

  • Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar
  • Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
Data laboratorium 
  • Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi rds)
Ø  Lecitin/sphingomielin (l/s) ratio
2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
Ø  Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
Ø  Tingkat phosphatydylinositol
  • Analisa gas darah, pao2 kurang dari 50 mmhg, paco2 kurang dari 60 mmhg, saturasi oksigen 92% - 94%, ph 7,31 – 7,45
  • Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang rusak

B.     Diagnosa keperawatan

Kolaboratif problem : insufisiensi respiratory berhubungan dengan penurunan volume dan komplians paru, perfusi paru dan vintilasi alveolar.
Tujuan 1 : tanda dan gejala disstres pernafasan, deviasi dari fungsi dan resiko infant terhadap rds dapat teridentifikasi

Intervensi
Rasional
1.      Kaji infant yang beresiko mengalami rds yaitu :
-         Riwayat ibu dengan daibetes mellitus atau perdarahan placenta
-         Prematuritas bayi
-         Hipoksia janin
-         Kelahiran melalui operasi caesar
Pengkajian diperlukan untuk menentukan intervensi secepatnya bila bayi menunjukkan adanya tanda disstres nafas dan terutama untuk memperbaiki prognosa
2.      Kaji perubahan status pernafasan termasuk :
-         Takipnea (pernafasan diatas 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x)
-         Nafas grunting
-         Nasal flaring
-         Retraksi intercostal, suprasternal atau substernal dengan penggunaan otot bantu nafas
-         Cyanosis
-         Episode apnea, penurunan suara nafas dan adanya crakles
Perubahan tersebut mengindikasikan rds telah terjadi, panggil dokter untuk tindakan secepatnya
-         Pernafasan bayi meningkat karena peningkatan kebutuhan oksigen
-         Suara ini merupakan suara keran penutupan glotis untuk menghentikan ekhalasi udara dengan menekan pita suara
-         Merupakan keadaan untuk menurunkan resistensi dari respirasi dengan membuka lebar jalan nafas
-         Retraksi mengindikasikan ekspansi paru yang tidak adekuat selama inspirasi
-         Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut dengan po2 dibawah 40 mmhg
-         Episode apneu dan penurunan suara nafas menandakan distress nafas semakin berat
3.      Kaji tanda yang terkait dengan rds
-         Pallor dan pitting edema pada tangan dan kaki selama 24 jam
-         Kelemahan otot
-         Denyut jantung dibawah 100 x per menit pada stadium lanjut
-         Nilai agd dengan po2 dibawah 40 mmhg, pco2 diatas 65 mmhg, dan ph dibawah 7,15

Tanda-tanda tersebut terjadi pada rds
-         Tanda ini terjadi karena vasokontriksi perifer dan penurunan permeabilitas vaskuler
-         Tanda ini terjadi karena ekshaution yang disebabkan kehilangan energi selama kesulitan nafas
-         Bradikardia terjadi karena hipoksemia berat
-         Tanda ini mengindikasikan acidosis respiratory dan acidosis metabolik jika bayi hipoksik
4.      Monitor po2 trancutan atau nilai pulse oksimetri secara kontinyu setiap jam
Nilai po2 traskutan dan pulse oksimetri non invasif menunjukkan prosentase oksigen saat inspirasi udara.
Tujuan 2. Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi pulmonal
Intervensi
Rasional
1.      Berikan kehangatan dan oksigen sesuai dengan sbb
-         Oksigen yang dihangatkan 31,7c – 33,9c
-         Humidifikasi 40% - 60%
-         Beri cpap positif
-         Beri peep positif
Untuk mencegah terjadinya hipotermia dan memenuhi kebutuhan oksigen tubuh


2.      Berikan pancuronium bromide (pavulon)

Obat ini berguna sebagai relaksan otot untuk mencegah injury karena pergerakan bayi saat ventilasi
3.      Tempatkan bayi  pada lingkungan dengan suhu normal serta monitor temperatur aksila setiap jam
Lingkungan dengan suhu netral akan menurunkan kebutuhan oksigen dan menurunkan produksi co2.
4.      Monitor vital signs secara kontinyu yaitu denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, serta auskultasi suara nafas
Perubahan vital signs menandakan tingkat keparahan atau penyembuhan
5.      Observasi perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas
Karena perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas mengindikasikan peningkatan metabolisme oksigen dan glukosa. Informasi yang penting lainnya adalah perubahan kebutuhan cairan, kalori dan kebutuhan oksigen.
6.      Pertahankan energi pasien dengan melakukan prosedur seefektif mungkin.
Mencegah penurunan tingkat energi infant
7.      Monitor serial agd seperti pao2, paco2, hco3 dan ph setiap hari atau bila dibutuhkan
Perubahan mengindikasikan terjadinya acidosis respiratorik atau metabolik

Diagnosa keperawatan : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.

Tujuan : mempertahankan dan mendukung intake nutrisi
Intervensi
Rasional
1.      Berikan infus d 10% w sekitar 65 – 80 ml/kg bb/ hari
Untuk menggantikan kalori yang tidak didapat secara oral
2.      Pasang selang nasogastrik atau orogastrik untuk dapat memasukkan makanan jika diindikasikan atau untuk mengevaluasi isi lambung
Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah tidak mungkin dilakukan.
3.      Cek lokasi selang ngt dengan cara :
-         Aspirasi isi lambung
-         Injeksikan sejumlah udara dan auskultasi masuknya udara pada lambung
-         Letakkan ujung selang di air, bila masuk lambung, selang tidak akan memproduksi gelembung
Untuk mencegah masuknya makanan ke saluran pernafasan
4.      Berikan makanan sesuai dengan prosedur berikut :
-         Elevasikan kepala bayi
-         Berikan asi atau susu formula dengan prinsip gravitasi  dengan ketinggian 6 – 8 inchi dari kepala bayi
-         Berikan makanan dengan suhu ruangan
-         Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam
Memberikan makanan tanpa menurunkan tingkat energi bayi
5.      Berikan tpn jika diindikasikan

Tpn merupakan metode alternatif untuk mempertahankan nutrisi jika bowel sounds tidak ada dan infants berada pada stadium akut.

Diagnosa keperawatan : resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sensible dan insesible
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi
Rasional
1.      Pertahankan pemberian infus dex 10% w 60 – 100 ml/kg bb/hari
Penggantian cairan secara adekuat untuk mencegah ketidakseimbangan
2.      Tingkatkan cairan infus 10 ml/kg/hari, tergantung dari urine output, penggunaan pemanas dan jumlah feedings
Mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien. Takipnea dan penggunaan pemanas tubuh akan meningkatkan kebutuhan cairan
3.      Pertahankan tetesan infus secara stabil, gunakan infusion pump

Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan. Kelebihan cairan dapat menjadi keadaan fatal.
4.      Monitor intake cairan dan output dengan cara :
-         Timbang berat badan bayi setiap 8 jam
-         Timbang popok bayi untuk menentukan urine output
-         Tentukan jumlah bab
-         Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari

Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidak seimbangan cairan  sebagai dasar untuk penggantian cairan
5.      Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam

Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan elektrolit

Diagnosa keperawatan : koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah, dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis
Tujuan : meminimalkan kecemasan dan rasa bersalah, dan mendukung bounding antara orangtua dan infant
Intervensi
Rasional
1.      Kaji respon verbal dan non verbal orangtua terhadap kecemasan dan penggunaan koping mekanisme
Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan membangun strategi koping yang efektif
2.      Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya secara verbal tentang kondisi sakit anaknya, perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur dan pengobatan infant
Membuat orangtua bebas mengekpresikan perasaannya sehingga membantu menjalin rasa saling percaya, serta mengurangi tingkat kecemasan
3.      Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi perkembangan infant
Informasi dapat mengurangi kecemasan
4.      Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk mengunjungi dan ikut terlibat dalam perawatan anaknya
Memfasilitasi proses bounding
5.      Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas
Rujukan untuk mempertahankan informasi yang adekuat, serta membantu orangtua menghadapi keadaan sakit kronis pada anaknya.

BAB IV
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block) yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik interseluler maupun intra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-paru seperti: Pneumoni virus, bakteri, fungal; contusio paru, aspirasi cairan lambung, inhalasi asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama, Sepsis, Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal.

B.     SARAN
1. Menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan ARDS.
2. Apabila gejala ARDS mulai muncul sesegera mungkin bawalah ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan lebih lanjut agar tidak terjadi komplikasi pada hati dan ginjal.

1 komentar:

  1. Semoga dapat membantu teman-teman sekalian dalam belajar..
    Salam semangat dari Staf Divisi komunikasi dan Informasi BEM FIKES.

    BalasHapus